advertisement

Penayangan bulan lalu

Senin, 31 Agustus 2009

Delapan Alasan si Dia Berselingkuh

TIDAK semua laki-laki tukang selingkuh. Akan tetapi, sebagian laki-laki barangkali memang memiliki kecenderungan untuk mengkhianati pasangannya. Lantas, sebenarnya apa yang menjadi alasan si dia tergoda untuk berselingkuh?

Berikut ini memberikan sejumlah kemungkinan alasan mereka.

1. Petualangan baru

Hampir tidak ada laki-laki yang memiliki rencana untuk berselingkuh. Biasanya, dorongan tersebut muncul secara tiba-tiba. Mereka melakukannya karena merasakan hal tersebut sebagai petualangan yang baru dan berbeda--that's it!

2. Ada kesempatan

Tak jarang, lelaki berselingkuh karena kesempatan jatuh begitu saja ke pangkuan mereka. Hal itu sering kali membuat mereka merasa tersiksa setengah mati, sebab mereka tetap ingin merasa baik terhadap diri mereka sendiri.

3. Reaksi spontan

Memutuskan untuk berselingkuh merupakan sebuah reaksi spontan. Mereka merasa sayang melewatkan kesempatan emas yang lewat di depan mata.

4. Mengusir kemonotonan

Suatu hubungan kadang kala bisa terasa begitu hambar dan monoton bagi laki-laki, sehingga mereka perlu membumbuinya dengan melirik perempuan lain. Dalam beberapa kasus, perbuatan tersebut menjadi sebuah kebodohan yang akhirnya mereka sesali.

5. Tidak serius berkomitmen

Hati-hati menjalin hubungan jika si dia tidak serius dalam berkomitmen. Lelaki semacam ini biasanya hanya ingin bersenang-senang dan tidak terlalu peduli dengan jalinan hubungan. Begitu merasa bosan dan terkekang, mereka akan segera pergi meninggalkan Anda untuk mencari perempuan lain sebagai korban.

6. Memacu adrenalin

Meskipun terdengar konyol, tapi tidak sedikit laki-laki yang berselingkuh hanya untuk memacu adrenalinnya. Bukan rahasia lagi bahwa laki-laki merupakan mahluk yang sangat tergila-gila dengan tantangan. Menurut mereka, berselingkuh merupakan cara termudah untuk memacu adrenalin dibandingkan jika harus mencuri mobil.

7. Balas dendam

Nah, lain lagi dengan masalah yang satu ini. Ada juga laki-laki yang berselingkuh karena telah diselingkuhi lebih dulu oleh kekasihnya. Ups! Meskipun tidak akan menyelesaikan persoalan, mereka sudah cukup puas bisa menyaksikan wajah penuh emosi sang kekasih saat mengetahui aksi balas dendam itu.

8. Tidak kuat mental

Sebagian laki-laki berusaha berkali-kali menolak godaan untuk berselingkuh. Akan tetapi, dalam beberapa kasus mereka tidak kuat mental sehingga akhirnya menyerah juga.
Baca Selengkapnya »»  

Sabtu, 22 Agustus 2009

Menciptakan Anak Pintar Sejak Dalam Kandungan

Adalah hal yang sangat naif, ketika seorang anak menjadi bodoh, nakal, pemberang, atau bermasalah, lalu orang tua menyalahkan guru, pergaulan di sekolah, dan lingkungan yang tidak beres. Tiga faktor itu hanya berperan dalam proses perkembangan anak, sedangkan bakat anak itu menjadi bodoh, nakal, atau pemberang justru terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.
Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. Hal ini diungkap dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA.
Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak, sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip, menurut Sudjatmiko, perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupa nutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi. Seorang ibu hamil, gizinya harus cukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik.
Selain itu, seorang ibu hamil tidak menderita penyakit yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya. Kebutuhan nutrisi itu sendiri, sebenarnya bukan hanya ketika ibu mengandung, melainkan ketika ia siap untuk mengandung pun sudah harus memperhatikan gizi, makanan, dan komposisi nutrisinya harus lengkap, sehingga ketika ia hamil, dari segi fisik sudah siap dan proses kehamilan akan berlangsung optimal secara nutrisi.
Tapi, memang di Indonesia atau di negara-negara berkembang pada umumnya–boleh dikatakan sangat jarang ada keluarga yang mempersiapkan kehamilan. Malah, kerap kehamilan dianggap sebagai suatu yang mengejutkan. Berbeda dengan yang terjadi di negara-negara maju. Inilah yang cenderung menjadi penyebab awal mengapa anak-anak yang lahir kemudian tidak berkualitas, karena orang tua seakan tidak siap dalam segala hal untuk memelihara anaknya.
Faktor kedua adalah kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilan itu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan optimal. “Si ibu hamil harus siap dan dapat menerima risiko dari kehamilannya,” kata mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Anak Indonesia itu. “Risiko itu, misalnya, seorang wanita karier yang hamil, merasa terbebani dan khawatir akan mengganggu pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin hamil, tapi juga merasa terganggu dengan kehamilannya itu. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk merangsang perkembangan bayi dalam kandungannya,” tambahnya.
Selain itu, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, ada faktor psikologis yang memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamil menikah secara resmi atau kawin lari. Pernikahannya direstui atau tidak, dan apakah ada komitmen antara istri dan suami. Tanpa komitmen di antara keduanya, kehamilan itu bisa dianggap mengganggu.
Juga harus ada support (dukungan). Tanpa support, walaupun ada komitmen dari suami dan orang tua dapat mengurangi perkembangan dan rangsangan kecerdasan bayi dalam kandungan. “Jadi, variabel kasih sayang tadi adalah komitmen dengan suami, serta support dari orang tua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerima kehamilannya dengan hati tenteram,” lanjut Sudjatmiko.
Faktor ketiga adalah adanya perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya. Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya. Karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang.
Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut, sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimuli juga ikut gelisah. “Yang paling baik adalah stimuli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi,” ujar Sudjatmiko.
Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah menginjak usia di atas enam bulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai bisa berfungsi.
Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus tetap menjaga nutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan, perlu diimunisasi, misalnya dengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketat menjadi tiga minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partus menjadi setiap minggu.
Sudjatmiko juga menyarankan untuk tidak meminum obat-obatan yang katanya bisa merangsang perkembangan dan kecerdasan otak bayi. Obat-obatan semacam itu hanya omong kosong. “Pemberian obat semacam itu percuma saja, dan tidak berpengaruh apa-apa,” katanya. “Yang penting, ciptakan saja lingkungan mendidik, yaitu tiga faktor tadi.
Sementara itu, psikolog anak Dra Surastuti Nurdadi juga mengungkapkan pendapat yang sama. Stimulasi positif, menurutnya, memang dapat meningkatkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan. Dari stimulasi ini, diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanya menjadi cerdas, melainkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. “Stimulasi menimbulkan kedekatan antara ibu dan anak.
Bahkan, lanjut Surastuti, bayi masih dalam kandungan bisa distimuli dengan diperdengarkan musik klasik, diajak berbicara, dan diberikan elusan penuh kasih sayang. Orang tua juga harus siap dan berusaha mengajarkan cara anaknya bersosialisasi dengan dunia luar ketika ia masih di dalam rahim.
Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi topik bahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite Orchestra, juga meyakini musik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi sejak dalam kandungan. Bahkan, untuk jenis musik yang ‘merangsang bayi’ ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu.
Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak penuturan Surastuti yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi.
“Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode yang tepat. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya,” ujar pengasuh rubrik konsultasi di Klinik Anakku ini. Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si jabang bayi!
Baca Selengkapnya »»  

Kamis, 13 Agustus 2009

Tips Menghindari Ngupil

1. Cara Heurestik
Camkan kepada diri anda bahwa ngupil menyebabkan sel-sel hidung menjadi rusak dan kemudian meregenerasi sel-sel baru yang lebih banyak sehingga lobang hidung akan lebih besar daripada sebelumnya (dengan asumsi bahwa asupan nutrisi anda cukup).

2. Cara Kimiawi
Oleskan ekstrak cabai pada jemari anda (tidak efektif jika mata anda sensitif terhadap cabai).

3. Cara Pedagang
Naikkan tarif ngupil hingga 80%.

4. Cara Senggama Terputus
Tarik jari anda keluar ketika upil nyaris didapat. Ini tidak perlu jika anda menggunakan ’sarung’ tinju.

5. Cara Periodik
Jangan ngupil di sembarang waktu. Aturlah jadwal ngupil secara ketat dan periodik. Misalnya, ngupil sehabis makan. Cara ini tidak dianjurkan bagi anda yang tidak bisa membedakan mana jari mana garpu.

6. Cara Medis
Jangan ngupil hingga over dosis. Jika perolehan upil anda sudah cukup, segera hentikan. Untuk mengetahui seberapa cukup upil yang anda peroleh, bawa sampelnya ke dokter terdekat.

7. Cara Preventif
Taruhlah hidung anda di tempat yang tidak mudah dijangkau oleh tangan anda.

8. Cara Alternatif
Jika hidung anda sudah tidak tahan lagi untuk dimasuki jari, pinjamlah jari teman yang duduk paling dekat dengan anda untuk mengorek upil. Sebaliknya jika jari anda yang gatal ingin mengorek, carilah lobang lain selain lobang hidung.

9. Cara Bollywood
Pasanglah kalung rantai di hidung anda yang memungkinkan jari anda tidak dapat memasukinya. Jika ternyata jari anda masih bisa menerobos, gantilah kalung rantai dengan rantai kapal.

10. Cara Militer
Pasang bom di tubuh anda dan taruh pemicunya di lobang hidung.
Baca Selengkapnya »»  

Sabtu, 01 Agustus 2009

Ukuran Penis Ditentukan dari Kebiasaan

Tak bisa disangkal ukuran penis mempengaruhi rasa percaya diri pria, walaupun tak semua rasa percaya diri diukur dari besar kecilnya Mr.P. Terlebih dengan adanya mitos yang beranggapan penis besar lebih baik itu dibanding penis berukuran mini.

Padahal besar kecil penis itu relatif dan berbeda-beda sesuai dengan usia, ras, faktor genetik, kondisi fisik, dan beberapa hal lainnya. Belum ada penelitian yang yang dengan untuk memperbesar penis dan akibatnya. Jadi sebenarnya usaha memperbesar penis itu lebih banyak bersifat sugesti saja.

Berdasarkan penelitian ukuran alat vital pria Indonesia berada antara 12-16 cm, dengan rata-rata sekitar 12 cm. Bandingkan dengan pria Amerika dengan rata-rata sekitar 15 cm dan pria Brasil dengan rata-rata 15,5 cm. Bahkan pria Afrika 17 cm.

Mengapa bisa berbeda? apakah yang menyebabkan ukuran ini berbeda. Perbedaan warna kulit terjadi karena adanya perbedaan letak geographies, dan perbedaan postur tubuh karena perbedaan makanan yang dikonsumsi.

Lantas apa yang menyebabkan perbedaan ukuran alat vital? Apakah ras memegang peranan penting? Ternyata tidak. Ada beberapa hal yang harus dirubah pada pria Indonesia, dan itu harus dimulai sejak masih dalam kandungan.

Cobalah kita amati apa yang membuat ukuran pria Indonesia berbeda, bisa jadi pola perilaku kebiasaan yang mempengaruhi ukuran Mr.P.

Konsumsi Zinc pada masa hamil
Kebutuhan akan zinx sangat mempengaruhi perkembangan organ reproduksi, kurangnya konsumsi zinc akan mempengaruhi perkembangannya secara optimal. Sayangnya kesadaran mengkonsumsi zinc sangat rendah sekali di kalangan ibu hamil. Selain itu konsumsi Zinc harus dikonsultasikan ke dokter selama ibu mengandung.

Makanan pokok
Nasi adalah makanan utama orang Indonesia, padahal semasa pertumbuhan perlu lebih banyak makan protein bukan karbohidrat. Makanya yang terjadi adalah badan anak-anak kita gemuk tapi tidak bertulang besar. Akibatnya, penis tidak berkembang optimal, apalagi nasi memngandung unsur salah satu enzim yang menghambat penyerapan Zinc dalam tubuh. Kurangnya asupan Zinc ditambah konsumsi nasi dalam jumlah banyak namun kebutuhan akan protein daging-dagingan terbilang minim. Hal ini akan menyebabkan perkembangan penis yang terhambat.

Kebiasaan Celana Dalam
Memakai celana dalam ketat sepanjang hari bukan sesuatu yang baik, cobalah hindari memakai celana terlalu ketat, menggantinya dengan celana pendek dan longgar akan lebih baik bagi pertumbuhan dan peredaran darah disekitar area vital. Cobalah biarkan penis Anda hanya tertutup celana pendek longgar, sehingga perkembangannya lebih optimal.

Faktor Sunat
Jangan sunat pada usia masih dalam pertumbuhan, biarkan kulit penis dan penis berkembang lebih dulu. Usia yang tepat saat sunat antara 13-14 tahun. Sunat pada usia dini membuat kulit penis tertarik yang menyebabkan perkembangannya tidak optimal. Kita bisa mencontoh kebiasaan unik bangsa Afrika yang sejak remaja sampai dewasa selalu memijat penis mereka, sehingga tidak heran bangsa Afrika dikenal sebagai bangsa ber-penis besar.

Jadi bukan ras yang membedakan ukuran penis, tetapi karena 4 faktor di atas. Jadi jangan pernah minder dengan ukuran Anda..
Baca Selengkapnya »»  

Beratnya Risiko Jadi Lelaki ...

Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum

Memang tak lagi bisa memilih kondisi kegenderan yang sudah diterima. Namun, orang masih sempat pula bertanya, Buat kondisi sekarang, mana lebih enak, jadi lelaki atau perempuan?
Dalam perhitungan medis, kalau boleh memilih, enak dilahirkan jadi perempuan.
Mengapa?


Karena jadi lelaki terbukti, salah satunya, lebih cepat mati dibanding perempuan. Sekurang-kurangnya untuk dua dasawarsa belakangan.
Bukan satu-dua studi ihwal nasib umur masing-masing gender digelar dan bikin kaum pria jadi miris. Juga seberapa buruk risiko menjadi kaum Adam di zaman penuh krisis sekarang ini. Namun, tentu ada kiat dan siasat supaya besarnya risiko mati muda itu bisa diredam dan dipadamkan.


Dalam hukum biologis, jumlah spermatozoa untuk jadi anak lelaki (spermatozoa Y), dan spermatozoa untuk jadi anak perempuan (spermatozoa X) yang terkandung dalam sebuah ejakulasi lebih kurang sama jumlahnya. Artinya, dalam kondisi normal, peluang masing-masing jenis spermatozoa dalam ejakulat (air mani atau sperma) untuk berebut membuahi sel telur lebih kurang sama besar. Normalnya, kemungkinan untuk setiap kohabitasi bakal membuahkan anak lelaki sama peluangnya dengan membuahkan anak perempuan.


Banyak Hambatan

Kenyataannya, spermatozoa untuk jadi anak lelaki secara umum lebih ringkih, kurang gesit, dan tak tahan rintangan di saluran pembuahan, dibanding spermatozoa untuk jadi anak perempuan. Kemungkinannya lalu sedikit menceng ke arah lebih besar peluang untuk membuahkan anak perempuan.


Namun, secara sosiologis keadaan itu masih dianggap berimbang. Pada pasangan normal, nisbah gender itu dianggap sama besarnya.


Nisbah lelaki-perempuan dalam sebuah masyarakat atau negara, tidak selalu sama secara geografis maupun kondisi kultur masing-masing masyarakatnya. Dulu, selagi zaman perang berkecamuk di mana-mana sehingga lebih banyak taruna yang mati, populasi lebih didominasi oleh kaum Hawa (negative sex ratio). Dengan begitu jumlah lelaki usia kawin lebih sedikit dibanding wanita.


Selain perang, jumlah kematian lelaki lebih banyak lagi akibat pekerjaan berisiko di luar rumah, seperti berburu, kecelakaan, dan ancaman penyakit. Pada suku-suku primitif, kondisinya hampir sama: lebih banyak wanita dibanding lelaki. Itu berarti lelaki bisa mengawini lebih banyak istri, dan harga lelaki lebih tinggi dari harga sosial wanita.
Pada suku tertentu, bisa jadi akibat perubahan sex ratio, kedudukan lelaki dipandang lebih tinggi dari wanita. Artinya, kultur yang mengubah posisi biologis kegenderan.
Pada suku lain, struktur matriakat-patriakat, dominasi jenis pekerjaan, peran keluarga, memosisikan peran gender yang tidak sama. Istri melakukan pekerjaan kasar di luar rumah, sedang suami mengasuh anak, misalnya. Itu berarti, risiko menjadi wanita sama besarnya dengan menjadi lelaki.


Kesimpulan WHO


Meski begitu, kalau dihitung-hitung, dalam hidup yang begini keras memang masih besar risiko menjadi lelaki ketimbang jadi perempuan. Terlebih ketika kehidupan semakin menghadapkan orang pada multikrisis.


Dulu krisis lelaki baru terjadi setelah berumur 40 tahun. Kini krisis lelaki di dunia sudah maju menjadi sebelum berumur 40 tahun. Itu artinya betapa semakin berat saja kaum lelaki mengarungi hidup ini.


Temuan baru ihwal risiko lelaki akibat kemaskulinannya, mengantarkannya berisiko mati muda, ternyata dua kali lipat dibanding kaum istri. Lelaki berkecenderungan (prones) untuk kena kanker lebih besar dari kaum istri.


Begitu juga untuk terserang stroke, jantung koroner, terinfeksi aneka penyakit, gangguan jiwa, kecelakaan lalu lintas, kecenderungan bunuh diri, selain akibat kelainan bawaan yang mungkin diidapnya.


WHO mengumpulkan kesimpulan itu dari studi terhadap tak kurang dari 200 juta lelaki dari 17 negara maju. Ketika dunia medis terfokus pada upaya meningkatkan kesehatant wanita, dunia lupa bahwa kesehatan dan risiko yang dipikul kaum Adam juga perlu mendapat perhatian lebih.


Perbedaan besaran risiko lelaki dibanding wanita, disebut-sebut sebagai akibat dari perbedaan biologis, pola, dan gaya hidup kaum Adam yang (konon) lebih menonjolkan kemaskulinannya, selain angka perceraian yang terus meningkat dalam dua dasawarsa terakhir ini (Studi Dr. Alan White, Leeds Metropolitan University). Sikap menganggap tidak maskulin kalau lelaki menangis, kurang waktu untuk tertawa, merupakan bagian dari beratnya pikulan risiko kaum pria.


Kita tahu, begitu banyak jenis penyakit yang lebih maskulin akibat kelewat banyak minum alkohol dan merokok. Kanker paru wanita di dunia ikut meningkat akibat kebiasaan buruk merokok lelaki banyak dianut kaum Hawa juga. Pola dan gaya hidup kerja keras, pecandu kerja, menambah angka penyakit lelaki yang sebetulnya tak perlu terjadi bila tahu menangkalnya.


Hidup dikejar dan diburu oleh waktu, lupa waktu jeda, dan tidak pernah puas, kurang bersyukur, kurang mencintai pekerjaan, merupakan bagian dari gaya hidup yang mendukung semakin banyaknya penyakit jenis lelaki yang mestinya tak perlu ada. Angka stroke dan jantung koroner mendera pada usia yang semakin belia bermunculan sekarang ini.


Kehilangan Komunitas


Orang sekarang selain terancam sosok integritas hidupnya, juga semakin kehilangan komunitasnya. Hidup menjadi kian soliter dan terpisah dari rasa guyub, dalam hiruk pikuk kehidupan, orang masih saja merasakan kesepian. Kesepian hidup menambah besar gangguan jiwa. Sehat fisik saja kini tak cukup bila rasa jiwa dan rasa sosial tidak bugar.


Banyaknya perceraian, dan kaum pria memilih hidup melajang, ikut menambah besar risiko lelaki mati prematur. Semua anasir yang menambah jelek risiko untuk terkena penyakit, dan mengantarkan kaum pria untuk mati sebelum waktunya, mestinya disingkirkan dari perjalanan hidup masing-masing.


Untuk itu banyak yang bisa dilakukan. Nasib sebagian besar tahun-tahun di depan kita, nasib kaum pria khususnya, sebetulnya masih ada di tangan kita masing masing. Bukan pada tangan orang lain, dan tidak selalu harus mengklaim bahwa itu sebagai suratan atau pemberian Tuhan bila yang kita upayakan belum optimal, atau cuma memilih menerima nasib, bukan memilih "nasib".
Baca Selengkapnya »»